Sabtu, 13 Juni 2015

REVIEW JURNAL BUDIDAYA TALAS



PENGARUH JUMLAH DAN WAKTU PEMBERIAN AIR
PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
TALAS (Colocasia esculenta (L.) Schott var. Antiquorum)
Agus Nurchaliq*)
, Medha Baskara dan Nur Edy Suminarti 
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

BAB I
PENDAHULUAN
1.      Pengenalan
Semakin sempitnya luasa lahan pertanian akibat bertambahnya jumlah penduduk, mengakibatkan pemerintah tidak dapat memenuhi kebutuhan karbohidrat yang dibutuhakn masyarakat sehingga menaikkan nilai impor beras. Untuk itu dapat dilakukan suatu cara untuk mengatasinya  yaitu melalui pemanfaatan sumber bahan pangan lain yang dapat berpotensi sebagai sumber karbohidrat, yaitu umbi-umbian.  Umbi talas adalah satu diantara beberapa komoditas umbi-umbian yang dapat  dijadikan sebagai sumber bahan pangan alternatif selain beras yang bersifat sehat dan aman terutama bagi penderita penyakit diabetes dan bagi orang yang melakukan program diet. Tingkat keamanan dari umbi talas tersebut terletak pada rendahnya kandungan karbohidrat (22,25 %), dibandingkan dengan kandungan karbohidrat dalam beras (67,89 %) (Suminarti, 2009).Umbi talas dapat dimanfaatkan kedalam berbagai produk olahan, seperti keripik, dan bubur. Berdasar pada tingginya tingkat pemanfaatan tersebut, yang diikuti dengan semakin meningkatnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap sumber bahan pangan yang berkualitas, mengakibatkan permintaan umbi talas mengalami peningkatan. Akan tetapi peningkatan tersebut belum dapat dipenuhi sebagai akibat masih rendahnya tingkat produktivitas umbi. Hal ini sangat terkait karena umumnya tanaman talas hanya di tanam 1 kali dalam 1 tahun, yaitu hanya pada awal musim penghujan.
Sehubungan  dengan  adanya permasalahan tersebut dan dalam upaya untuk  meningkatkan tingkat ketersediaan umbi talas, serta  agar umbi talas tetap tersedia sepanjang musim, maka penelitian yang bertujuan  untuk mengetahui tingkat kebutuhan air pada tanaman talas perlu dilakukan.
2.      Tujuan Penelitian
Untuk mempelajari respon tanaman talas pada berbagai tingkatan jumlah dan waktu pemberian air serta untuk  menentukan jumlah dan waktu pemberian air yang tepat pada tanaman talas.
3.      Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 hingga Maret 2013 di green house Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian, Desa Bedali, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang.
4.      Metode Penelitian
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), yang terdiri dari 9 perlakuan dan 3 kali ulangan, yaitu  A1-500 mm = Penyiraman 1 hari sekali + jumlah air 500 mm,  A1-1000 mm  = Penyiraman 1 hari sekali + jumlah air 1000 mm, A1-1500 mm = Penyiraman 1 hari sekali + jumlah air 1500 mm, A2-500 mm = Penyiraman 2 hari sekali + jumlah air 500 mm,  A2-1000 mm  = Penyiraman 2 hari sekali + jumlah air 1000 mm,  A2-1500 mm = Penyiraman 2 hari sekali + jumlah air 1500 mm, A3-500 mm = Penyiraman 3 hari sekali + jumlah air 500 mm,  A3-1000 mm = Penyiraman 3 hari sekali + jumlah air 1000 mm, A3-1500 mm = Penyiraman 3 hari sekali + jumlah air 1500 mm.
Pengamatan dilakukan secara destruktif dengan  mengambil 2 tanaman contoh untuk setiap kombinasi perlakuan yang dilakukan pada saat tanaman berumur 35,  70, 105,  140 hst dan  180 (panen) dengan parameter  jumlah daun, luas daun, bobot segar total tanaman, bobot kering total tanaman,  rasio akar pucuk,  jumlah umbi dan bobot segar umbi.


BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.      Jumlah dan Luas Daun
Hasil analisis ragam menunjukkan pemberian berbagai tingkatan jumlah dan waktu pemberian air berpengaruh nyata terhadap jumlah  dan luas  daun pada berbagai umur pengamatan (Tabel 1 dan 2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah  dan luas  daun  yang dihasilkan oleh  tanaman yang diairi 1500 mm yang diberikan setiap 1 hari sekali, nyata  lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan yang lain.  Hal ini disebabkan karena  fungsi air sebagai bahan pelarut unsur hara bisa  menjalankan tugasnya dengan baik, sehingga  unsur hara N,P,K dapat dengan mudah diserap oleh tanaman.
2.      Bobot Segar Total Tanaman
Pemberian berbagai tingkatan jumlah dan waktu pemberian air berpengaruh nyata terhadap bobot segar total tanaman pada berbagai umur pengamatan (Tabel 3).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot segar total tanaman paling berat didapatkan pada tanaman yang diairi sebanyak 1500 mm yang diberikan setiap 1 hari sekali. Hal  ini disebabkan ketersediaan air di dalam tanah mencukupi, sehingga fungsi air sebagai pelarut dan pengangkut unsur hara dari dalam tanah menuju seluruh bagian tanaman dapat berjalan dengan baik. Akibatnya, unsur hara yang di butuhkan oleh tanaman dapat tercukupi sehingga seluruh bagian-bagian tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menyebabkan nilai bobot segar tanaman yang dihasilkan lebih tinggi di bandingkan dengan perlakuan yang lain.
3.      Bobot Kering Total Tanaman
Hasil analisis ragam menunjukkan pemberian berbagai tingkatan jumlah dan waktu pemberian air berpengaruh nyata terhadap bobot kering total tanaman pada berbagai umur pengamatan (Tabel 4) Pada pengamatan bobot kering total tanaman, menunjukkan bahwa tanaman yang diairi setiap 1 hari sekali sebanyak 1500 mm menghasilkan bobot kering total tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Terhambatnya proses fotosintesis pada tanaman yang mengalami kekurangan air akan menyebabkan asimilat yang dihasilkan rendah, hal ini dapat terlihat dengan mengukur bobot kering total tanaman.
4.      Rasio Akar Tajuk (R/S)
Hasil analisis ragam menunjukkan pemberian berbagai tingkatan jumlah dan waktu pemberian air berpengaruh nyata terhadap rasio akar tajuk pada umur pengamatan 140 hst (Tabel 5). Tabel  5  menjelaskan bahwa pada umur pengamatan 140 hst, tanaman yang diairi sebanyak 1500 mm yang diberikan 1 hari sekali menghasilka rasio akar tajuk yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang diairi sebanyak 500 dan 1000 mm yang diberikan 2 hari sekali, serta dengan tanaman yang diairi sebanyak 500 mm yang diberikan 3 hari sekali tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan yang lain.  Rasio akar tajuk menggambarkan partisi asimilat ke bagian organ penyimpanan. Semakin besar nilai rasio akar tajuk maka akan semakin tinggi pula hasil umbi yang didapatkan.
5.      Jumlah dan Bobot Segar Umbi
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa  pemberian berbagai tingkatan jumlah dan waktu pemberian air berpengaruh nyata terhadap jumlah  dan bobot segar  umbi pada umur pengamatan 140-180 hst (Tabel 6 dan 7). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman yang diairi setiap 1 hari sekali sebanyak 1500 mm menghasilkan jumlah dan bobot segar umbi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
Banyaknya asimilat yang dihasilkan oleh tanaman yang paling sering diairi dengan jumlah air paling banyak, tidak terlepas dari banyaknya jumlah daun dan besarnya luas daun yang dihasilkan oleh tanaman tersebut, sehingga proses fotosintesis tidak terganggu dan dapat menghasilkan asimilat yang lebih banyak dibandingkan perlakuan yang lain.
Pada Tabel tersebut juga memperlihatkan bahwa tanaman yang mengalami cekaman kekurangan air menghasilkan umbi paling sedikit dan bahkan tidak menghasilkan umbi.Tinggi rendahnya bobot segar umbi dan banyak sedikitnya jumlah umbi yang terbentuk, tergantung pada banyak sedikitnya asimilat yang dapat dihasilkan oleh tanaman. Semakin banyak asimilat yang dihasilkan oleh suatu tanaman, maka bobot umbi dan jumlah umbi semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Secara umum tanaman yang menderita kekurangan air memiliki ukuran organ-organ tanaman (daun, batang, akar) yang lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang kebutuhan airnya tercukupi.
BAB III
PENETUP
1.      Kesimpulan
Tanaman talas yang diairi sebanyak 1500 mm per musim  yang diberikan 1 hari sekali, menunjukkan hasil yang paling tinggi pada seluruh komponen pertumbuhan dan hasil. Pemberian air 1 hari sekali sebanyak 1500 mm per musim, menghasilkan bobot segar umbi yang nyata lebih berat 91,63 dan 82,28 % bila dibandingkan dengan tanaman yang diairi 2 dan 3 hari sekali, serta nyata lebih berat 47,23 dan 97,01 % jika dibandingkan dengan tanaman diairi sebanyak 1000 mm dan 500 mm pada umur pengamatan 180 hst (panen).
2.      Saran
Sebaiknya dalam menentukan  kombinasi perlakuan yang dilakukan hendaknya dapat memberikan kombinasi yang lebih beragam lagi agar data yang dihasilkan juga dapat beragam, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan terhadap masing-masing perlakuan (berbeda nyata dan tidak berbeda nyata).
Sebaiknya untuk para peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian yang berhubungan dengan bagaimana cara untuk mendapatkan talas yang dapat berproduksi 2x dalam1 tahun, seperti dilakukannya penelitian untuk  menghasilkan varietas baru. Dan juga dapat dilakukan penelitian mengenai respon pertumbuhan talas akibat pemberian beberapa dosis pupuk, karena untuk meningkatkan pertumbuhan talas ataupun pada proses metobolisme dan fisiologi talas tidak terlepas dari pengaruh  pupuk yang diberikan.




3.      Kelebihan
Pada penelitian ini menggunakan banyak parameter yang akan diukur sehingga setiap perbedaan pertumbuhan tanaman akibat respon dari perlakuan yang diberikan dapat diidentifikasi secara mudah.

4.      Kekurangan
Pada penelitian ini tidak dilakukannya pengujian terhadap ketersediaan air yang terdapat didalam tanah tersebut. Jika jumlah ketersediaan air dalam tanah tersebut diketahui kita dapat memperkirakan berapa kebutuhan air yang perlu ditambahkan diluar dari ketersediaan air pada tanah tersebut.


DAFTAR PUSTAKA
Pengaruh Jumlah Dan Waktu Pemberian Air  Pada Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman  Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott var. Antiquorum) “.Agus Nurchaliq, dkk. Universitas Brawijaya. 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar