PENGARUH
JUMLAH DAN WAKTU PEMBERIAN AIR
PADA
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
TALAS
(Colocasia esculenta (L.) Schott var. Antiquorum)
Agus
Nurchaliq*)
,
Medha Baskara dan Nur Edy Suminarti
Jurusan
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pengenalan
Semakin sempitnya luasa
lahan pertanian akibat bertambahnya jumlah penduduk, mengakibatkan pemerintah
tidak dapat memenuhi kebutuhan karbohidrat yang dibutuhakn masyarakat sehingga
menaikkan nilai impor beras. Untuk itu dapat dilakukan suatu cara untuk
mengatasinya yaitu melalui pemanfaatan
sumber bahan pangan lain yang dapat berpotensi sebagai sumber karbohidrat,
yaitu umbi-umbian. Umbi talas adalah
satu diantara beberapa komoditas umbi-umbian yang dapat dijadikan sebagai sumber bahan pangan alternatif
selain beras yang bersifat sehat dan aman terutama bagi penderita penyakit
diabetes dan bagi orang yang melakukan program diet. Tingkat keamanan dari umbi
talas tersebut terletak pada rendahnya kandungan karbohidrat (22,25 %),
dibandingkan dengan kandungan karbohidrat dalam beras (67,89 %) (Suminarti,
2009).Umbi talas dapat dimanfaatkan kedalam berbagai produk olahan, seperti
keripik, dan bubur. Berdasar pada tingginya tingkat pemanfaatan tersebut, yang
diikuti dengan semakin meningkatnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap
sumber bahan pangan yang berkualitas, mengakibatkan permintaan umbi talas
mengalami peningkatan. Akan tetapi peningkatan tersebut belum dapat dipenuhi
sebagai akibat masih rendahnya tingkat produktivitas umbi. Hal ini sangat
terkait karena umumnya tanaman talas hanya di tanam 1 kali dalam 1 tahun, yaitu
hanya pada awal musim penghujan.
Sehubungan dengan
adanya permasalahan tersebut dan dalam upaya untuk meningkatkan tingkat ketersediaan umbi talas,
serta agar umbi talas tetap tersedia sepanjang
musim, maka penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui tingkat kebutuhan air pada tanaman talas perlu dilakukan.
2. Tujuan
Penelitian
Untuk mempelajari
respon tanaman talas pada berbagai tingkatan jumlah dan waktu pemberian air
serta untuk menentukan jumlah dan waktu
pemberian air yang tepat pada tanaman talas.
3. Waktu
dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan
pada bulan Oktober 2012 hingga Maret 2013 di green house Sekolah Tinggi
Penyuluh Pertanian, Desa Bedali, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang.
4. Metode
Penelitian
Penelitian menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK), yang terdiri dari 9 perlakuan dan 3 kali
ulangan, yaitu A1-500 mm = Penyiraman 1
hari sekali + jumlah air 500 mm, A1-1000
mm = Penyiraman 1 hari sekali + jumlah
air 1000 mm, A1-1500 mm = Penyiraman 1 hari sekali + jumlah air 1500 mm, A2-500
mm = Penyiraman 2 hari sekali + jumlah air 500 mm, A2-1000 mm
= Penyiraman 2 hari sekali + jumlah air 1000 mm, A2-1500 mm = Penyiraman 2 hari sekali + jumlah
air 1500 mm, A3-500 mm = Penyiraman 3 hari sekali + jumlah air 500 mm, A3-1000 mm = Penyiraman 3 hari sekali +
jumlah air 1000 mm, A3-1500 mm = Penyiraman 3 hari sekali + jumlah air 1500 mm.
Pengamatan dilakukan
secara destruktif dengan mengambil 2
tanaman contoh untuk setiap kombinasi perlakuan yang dilakukan pada saat
tanaman berumur 35, 70, 105, 140 hst dan
180 (panen) dengan parameter jumlah
daun, luas daun, bobot segar total tanaman, bobot kering total tanaman, rasio akar pucuk, jumlah umbi dan bobot segar umbi.
BAB
II
HASIL
DAN PEMBAHASAN
1. Jumlah
dan Luas Daun
Hasil
analisis ragam menunjukkan pemberian berbagai tingkatan jumlah dan waktu
pemberian air berpengaruh nyata terhadap jumlah
dan luas daun pada berbagai umur
pengamatan (Tabel 1 dan 2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah dan luas
daun yang dihasilkan oleh tanaman yang diairi 1500 mm yang diberikan
setiap 1 hari sekali, nyata lebih banyak
dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
Hal ini disebabkan karena fungsi
air sebagai bahan pelarut unsur hara bisa
menjalankan tugasnya dengan baik, sehingga unsur hara N,P,K dapat dengan mudah diserap
oleh tanaman.

2. Bobot
Segar Total Tanaman
Pemberian
berbagai tingkatan jumlah dan waktu pemberian air berpengaruh nyata terhadap
bobot segar total tanaman pada berbagai umur pengamatan (Tabel 3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot
segar total tanaman paling berat didapatkan pada tanaman yang diairi sebanyak
1500 mm yang diberikan setiap 1 hari sekali. Hal ini disebabkan ketersediaan air di dalam
tanah mencukupi, sehingga fungsi air sebagai pelarut dan pengangkut unsur hara
dari dalam tanah menuju seluruh bagian tanaman dapat berjalan dengan baik.
Akibatnya, unsur hara yang di butuhkan oleh tanaman dapat tercukupi sehingga
seluruh bagian-bagian tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menyebabkan nilai
bobot segar tanaman yang dihasilkan lebih tinggi di bandingkan dengan perlakuan
yang lain.

3. Bobot
Kering Total Tanaman
Hasil
analisis ragam menunjukkan pemberian berbagai tingkatan jumlah dan waktu
pemberian air berpengaruh nyata terhadap bobot kering total tanaman pada
berbagai umur pengamatan (Tabel 4) Pada pengamatan bobot kering total tanaman,
menunjukkan bahwa tanaman yang diairi setiap 1 hari sekali sebanyak 1500 mm
menghasilkan bobot kering total tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perlakuan yang lain. Terhambatnya proses fotosintesis pada tanaman yang
mengalami kekurangan air akan menyebabkan asimilat yang dihasilkan rendah, hal
ini dapat terlihat dengan mengukur bobot kering total tanaman.

4. Rasio
Akar Tajuk (R/S)
Hasil
analisis ragam menunjukkan pemberian berbagai tingkatan jumlah dan waktu pemberian
air berpengaruh nyata terhadap rasio akar tajuk pada umur pengamatan 140 hst
(Tabel 5). Tabel 5 menjelaskan bahwa pada umur pengamatan 140
hst, tanaman yang diairi sebanyak 1500 mm yang diberikan 1 hari sekali
menghasilka rasio akar tajuk yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan
tanaman yang diairi sebanyak 500 dan 1000 mm yang diberikan 2 hari sekali,
serta dengan tanaman yang diairi sebanyak 500 mm yang diberikan 3 hari sekali
tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan yang lain. Rasio akar tajuk menggambarkan partisi
asimilat ke bagian organ penyimpanan. Semakin besar nilai rasio akar tajuk maka
akan semakin tinggi pula hasil umbi yang didapatkan.
5. Jumlah
dan Bobot Segar Umbi
Hasil
analisis ragam menunjukkan bahwa
pemberian berbagai tingkatan jumlah dan waktu pemberian air berpengaruh
nyata terhadap jumlah dan bobot
segar umbi pada umur pengamatan 140-180
hst (Tabel 6 dan 7). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman yang diairi
setiap 1 hari sekali sebanyak 1500 mm menghasilkan jumlah dan bobot segar umbi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
Banyaknya
asimilat yang dihasilkan oleh tanaman yang paling sering diairi dengan jumlah
air paling banyak, tidak terlepas dari banyaknya jumlah daun dan besarnya luas
daun yang dihasilkan oleh tanaman tersebut, sehingga proses fotosintesis tidak
terganggu dan dapat menghasilkan asimilat yang lebih banyak dibandingkan
perlakuan yang lain.

Pada
Tabel tersebut juga memperlihatkan bahwa tanaman yang mengalami cekaman
kekurangan air menghasilkan umbi paling sedikit dan bahkan tidak menghasilkan
umbi.Tinggi rendahnya bobot segar umbi dan banyak sedikitnya jumlah umbi yang
terbentuk, tergantung pada banyak sedikitnya asimilat yang dapat dihasilkan
oleh tanaman. Semakin banyak asimilat yang dihasilkan oleh suatu tanaman, maka
bobot umbi dan jumlah umbi semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Secara umum
tanaman yang menderita kekurangan air memiliki ukuran organ-organ tanaman
(daun, batang, akar) yang lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
kebutuhan airnya tercukupi.

BAB
III
PENETUP
1. Kesimpulan
Tanaman
talas yang diairi sebanyak 1500 mm per musim
yang diberikan 1 hari sekali, menunjukkan hasil yang paling tinggi pada
seluruh komponen pertumbuhan dan hasil. Pemberian air 1 hari sekali sebanyak
1500 mm per musim, menghasilkan bobot segar umbi yang nyata lebih berat 91,63
dan 82,28 % bila dibandingkan dengan tanaman yang diairi 2 dan 3 hari sekali,
serta nyata lebih berat 47,23 dan 97,01 % jika dibandingkan dengan tanaman diairi
sebanyak 1000 mm dan 500 mm pada umur pengamatan 180 hst (panen).
2. Saran
Sebaiknya
dalam menentukan kombinasi perlakuan
yang dilakukan hendaknya dapat memberikan kombinasi yang lebih beragam lagi
agar data yang dihasilkan juga dapat beragam, sehingga terdapat perbedaan yang
signifikan terhadap masing-masing perlakuan (berbeda nyata dan tidak berbeda
nyata).
Sebaiknya
untuk para peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian yang berhubungan
dengan bagaimana cara untuk mendapatkan talas yang dapat berproduksi 2x dalam1
tahun, seperti dilakukannya penelitian untuk
menghasilkan varietas baru. Dan juga dapat dilakukan penelitian mengenai
respon pertumbuhan talas akibat pemberian beberapa dosis pupuk, karena untuk
meningkatkan pertumbuhan talas ataupun pada proses metobolisme dan fisiologi
talas tidak terlepas dari pengaruh pupuk
yang diberikan.
3. Kelebihan
Pada
penelitian ini menggunakan banyak parameter yang akan diukur sehingga setiap
perbedaan pertumbuhan tanaman akibat respon dari perlakuan yang diberikan dapat
diidentifikasi secara mudah.
4. Kekurangan
Pada
penelitian ini tidak dilakukannya pengujian terhadap ketersediaan air yang
terdapat didalam tanah tersebut. Jika jumlah ketersediaan air dalam tanah
tersebut diketahui kita dapat memperkirakan berapa kebutuhan air yang perlu
ditambahkan diluar dari ketersediaan air pada tanah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
“Pengaruh Jumlah Dan Waktu Pemberian Air Pada Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott var.
Antiquorum) “.Agus Nurchaliq, dkk. Universitas Brawijaya. 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar