Jumat, 10 April 2015

Laporan Praktikum DDIT



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tanah merupakan unsur  tepenting dalam usaha pertanian, karna pada tanahlah terdapat unsur  hara yang dibutuhkan oleh tanaman.  Jika tanah tersebut mengandung  unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman , maka tanaman akan dapat tumbuh baik pada tanah, begitu pula sebaiknya.  Agar tidak terjadinya kesalahan dalam penanaman tanaman di lapangan, maka perlu diadakannya suatu praktikum  mengenai tanah, untuk mengenal lebih dekat bagaimana tanah itu sendiri, baik mengenal sifat, ciri, macam bentuk , warna, dan ssebagainya.
1.2 TUJUAN PRATIKUM
a.    Untuk mengetahui  horizon tanah
b.    Untuk mengetahui warna tanah
c.    Untk mengetahui kadar air tanah
d.    Untuk mengetahui ph tanah














BAB II
DASAR TEORI

2.1  PENGAMBILAN SAMPEL UJI TANAH
Horizon Tanah adalah tanah terdiri dari lapisan berbeda horisontal, pada lapisan yang disebut horizons. Mereka mulai dari kaya, organik lapisan atas (humus dan tanah) ke lapisan yang rocky (lapisan tanah sebelah bawah, dan regolith bedrock)  (Anonim 1, 2011).
Horizon O adalah lapisan teratas yang hampir seluruhnya mengandung bahan organik. Tumbuhan daratan dan jatuhan dedaunan termasuk pada horizon ini. Juga humus. Humus dari horizon O bercampur dengan mineral lapuk untuk membentuk horizon A, soil berwarna gelap yang kaya akan bahan organik dan aktivitas biologis, tumbuhan ataupun hewan. Dua horizon teratas ini sering disebut topsoil.
Horizon B, merupakan lapisan kadang agak melempung dan berwarna merah/coklat karat akibat kandungan hematit dan limonitnya. Kalsit juga dapat terkumpul di horizon B. Horizon ini sering disebut subsoil. Pada horizon B, material Bumi yang masih keras (hardpan), dapat terbentuk pada daerah dengan iklim basah di mana mineral lepung, silika dan oksida besi terakumulasi akibat pencucian dari horizon E. Lapisan hardpan ini sangat sulit untuk digali/dibor. Akar tumbuhan akan tumbuh secara lateral di atasnya dan bukannya menembus lapisan ini; pohon-pohon berakar dangkal ini biasanya terlepas dari akarnya oleh angin (Pairunan, 1985).
Horizon C ialah material batuan asal yang belum seluruhnya lapuk yang berada di bawah horizon B. Material batuan asal ini menjadi subjek pelapukan mekanis maupun kimiawi dari frost action, akar tumbuhan, asam organik, dan agen lainnya. Horizon C merupakan transisi dari batuan asal (sedimen) di bawahnya dan soil yang berkembang di atasnya (Buckman, 1992).



2.2  PENGAMBILAN SAMPEL
Contoh dari lapangan yang disertai dengan surat permintaan analisis yang diperlukkan, diterima oleh administrasi laboratorium. Dalam buku administrasi dicatat nomor permintaan analisis, jumlah dan nomor contoh. Untuk setiap contoh dibuat nomor laboratorium yang ditulis pula pada lebel karton. Administrasi laboratorium juga membuat laporan hasil analisis yang telah selesai dikerjakan. Surat permintaan dan hasil analisis didokumentasikan.

2.3 PENETAPAN KADAR AIR MUTLAK
Air terdapat dalam tanah karena ditahan (diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan keap air, atau karna keadaan drainase yang kurang baik. Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karna adanya gaya-gaya adesi, kohesi dan grfaitasi. Air tanah berfungsi membawa hara kepermukaan akar tanaman. Dalam pengolahan tanah, air juga berfungsi mempermudah pengolhan tanah dan pengendalian suhu.
2.4 PENETAPAN KADAR AIR KAPASITAS LAPANG
Kapasitas lapang adalah keadaan yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik grafitasi. Banyak kandungan air dalam tanah berhubungan erat dengan besarnya teganagan air dalam tanah. Besarny teganagan air menunjukkan besarnya tenaga yang diperlukan untuk untuk menehan air tersebut didalam tanah. Kandungan air dalam kapasitas lapang ditunjukkan oleh tegangan air pada tegangan 1/3 bar ,sedangkan kandungan air pada titik layu permanen adalah 1/5 bar. Air yang tersedia pada tanaman adalah 1/3-1/5 bar.
2.5 PENETAPAN RUANG PORI , BULK DENSITY, DAN PARTIKEL DENSITY
Pengukuran porositas total tanah pada prinsipnya adalah menentukan volume ruang pori yang ada diantara partikel-partikel padatan, nilai Pt dapat ditentukan melalui dua cara yaitu pengukuran dan perhitungan. Metode yang umum digunakan ialah menggunakan contoh tanah utuh di dalam ring sampel. Metode lain adalah dengan menggunakan metode thinsection (Klami, 1992 )
Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk densitynya, yang berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Pada umumnya bulk density berkisar dari 1,1–1,6 g/cm3, beberapa jenis tanah mempunyai bulk density kurang dari 0,85 g/cm3. Bulk menyatakan tingkat kepadatan tanah yaitu berat kering suatu volume tanah dalam keadaan utuh yang biasanya dinyatakan dengan g/cm3. Perkembangan struktur yang paling besar pada tanah-tanah permukaan dengan tekstur halus menyebabkan kerapatan massanya lebih rendah dibandingkan tanah berpasir.
Particle Density adalah berat tanah kering per satuan volume partikel-partikel (padat) tanah (jadi tidak termasuk volume pori-pori tanah). Tanah mineral mempunyai Particle Density = 2,65 g/cm3. Dengan mengetahui besarnya Bulk Density dan Particle Density maka dapat dihitung banyaknya pori-pori total tanah (Hardjowigeno H. Sarwono 2003).
Mnentukan Particle Density tanah harus memperhatikan pada partikel-partikel tanah. Untuk kebanyakan tanah mineral-tanah mineral, rata-rata Particle Densitynya adalah 2,65 gr/cm3. Perbedaan Particle Density di antara jenis-jenis tanah tidak begitu besar, kecuali terdapat variasi yang besar di dalam kandungan bahan organik dan komposisi mineral tanah (Hakim, N. M. Yusuf 1986). \Dalam menentukan Particle Density, pertimbangan diberikan kepada partikel padat saja.

2.6  PENETAPAN TEKSTUR TANAH
Tekstur tana mempunyai hubungan yang dekat dengan kemampuan tanah mengikat lengas, udara tanah dan hara tanah. Tekstur tanah juga mempengaruhi ruang pergerakan tanaman konsistensi dan keterolahan tanah. Selain tu, juga berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah, yaitu pada:
a.  Tanaman Pasira: laju peresapan air baik, kapasitas menahan air tinggi,
aerasi kurang baik, kapasitas adsorbsi rendah baik dalam  akar dan mudah diolah.
b.  Tanah Lempungan:       drainase buruk, kapasitas mengikat air tinggi, kandungan
hara tinggi, penyerapan air tinggi, kurang baik untuk sistem perakaran dan sistem olahan.
c. Tanah Debuan :mempunyai sifat antara lempung dan pasir
(Rasliman, 2009).
Sasaran pokok cara kerja dalam penetapan tekstur tanah adalah dengan penentuan agihan ukuran dan jarak penyusun fase padat tanah, yaitu dengan menguji suatu media utuh tanah diantara muka ibu jari dan telunjuk, serta memperhatikan rasa tanah dan sifat yang murni (Purwowidodo, 2006).

2.7 PENETAPAN PH TANAH
Kemasaman tanah merupakan salah satu sifat penting sebab terdapat hubungan pH dengan ketersediaan unsur hara juga terdapat beberapa hubungan antara pH dan semua pembentukan serta sifat-sifat tanah. Pada umumnya pH tanah ditentukan oleh pencampuran satu bagian air suling untuk mendapatkan tanah dan air samapai mendekati keseimbangan dan setelah itu baru diukur pH suspensi tanah (Poerwowidodo, 1991).
Kemasaman pH tanah secara sederhana merupakan ukuran aktivitas H+ dan dinyatakan sebagai –log 10 (H+). Secara praktikal ukuran logaritma aktivitas atau konsentrasi H+ ini berarti setiap perubahan satu unit pH tanah berarti terjadi perubahan 10 kali dari kemasaman atau kebasahan. Pada tanah yang mempunyai pH 6,0 berarti tanah tersebut mempunyai H+ aktif sebanyak 10 kali dibandingkan dengan tanah yang mempunyai pH 7,0.

2.8 ANALISI WARNA TANAH

Warna tanah merupakan sifat morfologi yang memberi sifat nyata dan mudah diamati. Warna tanah dapat digunakan sebagai penunjuk sifat-sifat tanah seperti kandungan bahan organik, kondisi drainase, aerase serta menggunakan bahan warna tanah dalam mengklasifikasikan tanah dan mencirikan perbedaan horizon-horizon dalam tanah. Tanah dengan drainase yang terhambat biasanya banyak mengandung bahan organik pada lapisan atas (top soil), sehingga berwarna gelap. Warna tanah dapat ditentukan dengan buku warna standar dari Munsell Soil Color Chart (MSCC), meliputi penentuan warna dasar (matriks). Warna bidang struktur selaput tanah liat. Warna karatan atau konkresi, warna jalit, dan warna humus (Ariyanto, 2010).
2.9 ANALISIS TINGKAT KEMATANGAN GAMBUT
Gambut adalah jenis tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tetumbuhan yang setengah membusuk; oleh sebab itu, kandungan bahan organiknya tinggi. Tanah yang terutama terbentuk di lahan-lahan basah ini disebut dalam bahasa Inggris sebagai peat; dan lahan-lahan bergambut di berbagai belahan dunia dikenal dengan aneka nama seperti bog, moor, muskeg, pocosin, mire, dan lain-lain.Menurut Soil Survey Staff (1990), bahwa tingkat kematangan atau tingkat pelapukan tanah gambut dibedakan berdasarkan tingkat dekomposisi dari bahan atau serat tumbuhan asalnya. Tingkat kematangan terdiri dari tiga katagori yaitu fibrik, hemik dan saprik.Tingkat kematangan tanah gambut dalam pengamatan di lapangan dapat dilakukan dengan cara mengambil segenggam tanah gambut dan memersnya dengan tangan. Kriteria mentah atau matang dari gambut dapat ditunjukkan dengan melihat hasil cairan dan sisa bahan perasan









BAB III
METODOLOGI

1.    Pengambilan sampel untuk uji tanah
Ø  Peralatan
1.    Cangkul
2.    Sekop
3.    Ring sampel
4.    Plastik
5.    Kertas label
6.    Buku pengamatan
7.    Spidol

Ø  Metode
1.    Pada lahan datar metode pengambilan sampel tanah individu dapat dilakukan dengan dua cara yakni: a. Metode diagonal atau zigzag dan b. Metode acak.
2. Pada lahan kering pengambilan sampel tanah dilakukan dengan cara terpisah antara areal datar dan berlereng.
3. Bersihkan permukan tanah dari vegetasi, bahan organik dan batu (kerikil).
4. Ambil sampel tanah pada kedalaman 20 cm dengan mengunakan bor atau ring sampel.
5. Masukkan sampel individu dalam box komposit setelah 10-15 sampel individu besihkan tanah dari akar tanaman kemudian kompositkan.
6. Masukkan sampel komposit dalam plastic sampelkemudian beri label.
7. Lakukan pengamatan area sekitar lokasi pengambilan sampel dan catat dalam buku catatan.


2.    Pengambilan sampel
A.  Alat dan Bahan
B.  Prosedur Kerja
1.  Pengeringan
a.      Sampel disebarkan diatas tampan yang dialasi kertas sampul. Selipkan label karton yang berisi nomor laboratorium sampel di bawah kertas.
b.  Akar-akar atau sisa tanaman segar, kerikil dan kotoran lain dibuang.
c.   Bongkahan besar dikecilkan dengan tangan.
d.  Simpan pada rak di ruangan khusus bebas kontaminan yang terlindung dari sinar matahari atau dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 400c.
2.  Penghalusan sampel
a.  Sampel ditumbuk pada lubang porselen atau mesin giling dan diayak dengan ayakan yang berukuran lubang 2 mm.
b.  Simpan dalam botol yang sudah diberi nomor sampel.
c.   Sampel < 0,5 mm diambil dari sampel <2 mm, digerus atau digiling dan diayak dengan ayakan 0,5 mm.
3.  Penyimpanan
Simpan sampel yang akan dianalisis di ruang sampel yang dekat dengan ruang timbang. Setelah selesai dianalisis simpan dalam gudang penyimpanan sampel untuk jangka waktu tertentu agar memudahkan bila diperlukan pengulangan analisis.


3. Penetapan kadar air mutlak
Ø  Peralatan
1.    Pinggan aluminium
2.    Penjepit tahan karat
3.    Oven
4.    Desikator
5.    Neraca analitik 3 desimal


Ø  Metode
1.    Timbang sampel tanah sebanyak 10 gr kering udara masukkan kedalam cawan oven. Lakukan sebanyak 3 ulangan.
2.    Masukkan cawan oven  yang berisi sampel tanah kedalam oven selama 24 jam dengan suhu selama 1050c.
3.    Setelah 24 jam keluarkan sampel kemudian masukkan kedalam desikator selama 10 menit.
4.    Timbangkan berat sampel setelah dioven kemudian hitung dengan umus dibawah ini:

Kadar Air =  BTKU-BTKO   x100%
                           BTKO

Keterangan :
            BTKU   : Berat tanah kering udara
            BTKO   : Berat tanah kering oven

4.Penetapan kadar air kapasitas lapang
Ø  Bahan dan alat
1.    Sampel tanah kering udara
2.    Pasir
3.    Beaker glass
4.    Pipa kaca
5.    Penuttup plastik
6.    Botol semprot
7.    Cawan timbang
8.    Timbangan kaca
9.    Karet pengikat
10. Oven
11. Cawan oven
12. Desikator

Ø  Metode
1.    Masukkan pasir kedalam beaker glass hingga 1/3 tinggi glass.
2.    Masukkan pipa kaca ditengah-tengah, kemudian masukkan sampel tanah hingga 2/3 tinggi glass. Pipa kaca berfungsi untuk mengalirkan udara.
3.    Siramkan air dengan botol semprot pada permukaan tanah hingga meresap kelapisan pasir.
4.    Tutup dengan plastic untuk mencegah pengapan air. Letakkan ditempat yang sejuk dan biarkan selama 24 jam.
5.    Setelah 24 jam timbang sejumlah tanah dalam beaker glass sebanyak 3 ulangan. Tanah di ambil bagian tengah terlebih dahulu menyingkirkan bagian permukaannya.
6.    Kemudian sampel yang telah ditimbang dioven selama 24 jam dengan suhu 1050c.
7.    Setelah 24 jam keluuarkan sampel dari oven kemudian masukkan kedalam desikator selama 10 menit. Kemudian hitung dengan menggunakan rumus dibawah ini.

K.a. Kapasitas lapang = BTKL-BTKO  x 100%
                                               BTKO
Keterangan :
            BTKL        : Berat tanah kapasitas lapang
            BTKO : Berat tanah kering oven

Penetapan Ruang Pori, Bulk Density dan Particel Density
·      Penetapan Bulk Density
Ø  Bahan dan alat
1. Sampel tanah kering udara
2. Gelas ukur 100 ml
3. Timbangan digital
4. Batang pengaduk

Ø  Metode
1. Masukkan tanah kering udara dalam gelas ukur 100 ml hingga tanda batas 55 ml.
2. Ketok-ketok dinding gelas dengan tangan selama 15 menit hingga permukaan tanah turun dan padat
3. Catatan volume tanah yang  turun
4. Tentukan bulk density dengan rumus berikut
                            
Bulk density =      Berat tanah
                    Volume tanah
·         Penetapan Ruang Pori
Ø  Bahan dan alat
1. Sampel tanah kering udara dari analisis bulk density
2. Air
3. Gelas ukur 100 ml
4. Batang pengaduk
Ø  Metode
1.    Isi gelas ukur dengan air hingga batas 70 ml
2.    Masukkan secara perlahan-lahan sampel tanah kedalam gelas ukur.
3.    Aduk dengan batang pengaduk selama 15 menit
4.    Lakukan perhitungan dengan rumus dibawah ini


Volume ruang pori = (VT – VA) –VAT

Total ruang pori = VRT  x 100%
                                 VT

Particel density =    BT 
                               VT –VRT
Keterangan :
      VRT          : Volume Ruang Pori
      VAT          : Volume Air Tanah
         VT          : Volume Tanah
         BT          : Berat Tanah

6. Penetapan Tekstur Tanah
Ø  Bahan dan alat
1.    Sampel tanah kering udara
2.    Air
3.    Larutan natrium pirofosfaf (41,95 Na4P2O7. 10H2O didalam air encerkan hingga 1 liter)
4.    Elemeyer 250 ml.
6.    Batang pengaduk
7.    Shaker.
8.    Gelas ukur 500 ml.

Ø  Metode
1.    Timbang sampel tanah 25 gr kering udara yang telah diayak dengan ayakan 10 mesh.
2.    Masukkan sampel tanah kedalam Erlenmeyer tambahkan Natrium Pirofosfat, kocok hingga rata dan biarkan selama 24 jam.
3.    Setelah 24 jam kocok sampel dengan menggunakan shaker swlama 15 menit.
4.    Masukkan sampel kedalam gelas ukur 500 ml dan tambahkan aquades hingga batas yang tertera.
5.    Kocok 20 kali sebelum pembacaan engan hydrometer, untuk menghilangkan buih tambahkan amyl alcohol.
6.    Masukkan hydrometer, setelah 40 detik dari pengocokan kemudian biarkan selama 3 jam.
7.     Setelah 3 jam masukkan kembali hydrometer untuk pembacaan kedua untuk mendapatkan jumlah liat.
8.    Lakukan perhitungan dengan menggunakan rumus berikut

%Liat + debu = Pembacaan 1  x 100%
                          Berat sampel
%Liat = Pembacaan 2  x 100 %
             Berat sampel
%Debu =% (Liat + Debu )- % Liat
% Pasir = 100% - (Liat + Debu)

7. Penetapan pH tanah
Ø  Peralatan
1.    Neraca analitik
2.    Botol kocok 100 ml
3.    Dispenser 50 ml gelas ukur -1
4.    Mesin pengocok
5.    Labu semprot
6.    pH meter
Ø  Pereaksi
1.    Air bebas ion
2.    Larutan buffer pH 7,0 dan pH 4,0
3.    KCL 1 M larutkan 74,5 g KCL p.a. dengan air bebas ion hingga 1|.
Ø  Metode
Timbangkan 10,00 g tanah sebanyak dua kali, masing-masing dimasukkan kedalam botol kocok, ditambah 50 ml air bebas ion kebotol yang satu (pH H2O) dan 50 ml KCL 1 M kedalam botol lainnya (pH KCl). Kocok dengan mesin pengocok selama 30 menit. Suspensi tanah diukur dengan pH meter yang telah dikalibrasi menggunakan larutan buffer pH 7,0 da pH 4,0. Laprkan nilai pH dalam 1 desimal.
8. Analisis warna tanah
Ø  Alat dan bahan
1. Sampel tanah langsung dari hasil pengeboran
2. Plastik alas
3. Buku munsel color chart
4. Buku pengamatan
Ø  Metode
1.  Bersihkan titik pengambilan sampel, kemudian lakukan pengeboran dengan bor tanah sesuai dengan tingkat kedalaman yang telah ditentukan.
2.  Keluarkan sampel tanah dari bor kemudian cocokkan warna tanah dengan indicator warna yang ada pada buku munsel color chart.
3.  Catat indicator warna yang sesuai dengan sampel tanah kemudian catat dalam buku pengamatan.
9. Analisis tingkat kematangan gambut
Ø Alat dan bahan
1.   Sampel tanah tak terganggu
2.   Ayakan dengan kerapatan 10 mesh
3.   Suntikan 10 ml
4.   Botol semprot
Ø  Metode
1.  Masukkan sampel tanah kedalam suntikan hingga penuh.
2.  Mampatkan suntikan hingga hanya tersisa kadar seratnya, kemudian catat  sebagai volume 1.
3.   Keluarkan serat dari suntikan, kemudian sarinng dengan saringan
4.  Masukkan kembali dalam suntikan dan mampatkan kembali hingga hanya tersisa kadar seratnya. Catat volume serat sebagai volume 2.
5.  Hiung kadar serat dengan menggunakan rumus dibawah ini.


Kadar serat= Volume 2   x 100%
           Volume 1
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 PENGAMBILAN SAMPEL UNTUK UJI TANAH
Dari praktikum yang telah dilakukan kita tahu bahwa setiap horizon tanah memiliki cirri tertentu.
Dari data yang diperoleh dilapangan horizon O memiliki ketebalan 20 cm yang terdiri dari bahan organic seperti daun yang jatuh. Selanjutnya horizon A yang berwarna coklat kehitaman karena mengandung banyak humus. Kedua horizon ini sangat subur sehingga dijuluki topsoil tapi mudah berpindah karena air hujan. Horizon B biasanya tiadak memiliki humus dan kurang subur begitu juga dengan horizon-horison dibawahnya.
1.2  PERSIAPAN SAMPEL
Contoh dari lapangan yang dibawa ke laboratorium dikeringkan, digiling dan disimpan untuk dijadikan sampel pada praktikum-praktikum selanjutnya. Setiap contoh dibuat nomor laboratorium yang diberi label karton.
4.3 PENETAPAN KADAR AIR KERING MUTLAK
Berat cawan : 135,36 gram
Berat tanah : 5 gram
Berat kering = berat cawan + berat tanah
= 135,36 + 5
= 140,36 gram
Berat tanah setelah dioven = 139,41
Kadar air (%) = berat kering – berat setelah dioven       x 100 %
                                    Berat setelah oven
= 140,36 – 139,41     x 100 %
             139,41
= 0,68 %
                  Factor koreksi
=  1,0068

1.4  PENETAPAN KADAR AIR KAPASITAS LAPANG
kadar kapasitas lapang= BTKL – BTKOX 100 %
                      BTKO
           = 92,34 – 43,54x 100 %
          43,54
           = 112,08 %

4.5 PENETAPAN RUANG PORI, BULK DENSITY DAN PARTICEL DENSITY
Volume awal = 25 ml
Berat tanah = 98,2 gram
Bulk density =
Volume air tanah = 38
Volume ruang pori = ( VT + VA ) – VAT
                                           = ( 25 + 30 ) – 38
                                           = 17 ml
Total ruang pori = VRT / VT x 100%
                                 = 17 / 25 x 100%
                                       = 68 %
Particle density = BT : (VT – VRP)
                                             = 58,2 : (25 - 17)
                                      = 7,275 gr/ml
                                      PENETAPAN TEKSTUR TANAH
a.    18
b.    20
c.    0rganik = C.O = 2,55
d.    T kering = B.O =2,55 X 1,724
         = 4,3962
Liat
Fk 100
100 – kadar air
Tekstur tanah
Rasa dan sifat tanah
Lempung berliat
Rasa agak kasar, membentuk bola agak teguh (kering), membentuk gulungan jika dipijat, gulungan mudah hancur serta melekatnya sedang.
Lempung liat berpasir
Rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak teguh (kering) membentuk gulungan jika dipijat dulungan mudah hancur serta melekat.

4.7 PENETAPAN PH TANAH
-          1:1     = 10 gram tanah + 10 ML air dimasukkan dalam tabung reaksi.
-          1:2,5  = 10 gram tanah + 25 ML air di masukkan dalam tabung reaksi
-          1:5     = 10 gram tanah + 50 ML air di masukan dalam elemeyer.
Di kocok selama 10 menit,setelah itu di ukur dengan pH meter.
1.    Suhu              : 300C
Perbandingan          : 1:1
pH                   : 4,61
2.    Suhu              : 300C
Perbandingan          :   1: 2,5  
pH                   : 4,56
3.    Suhu              : 300C
Perbandingan :   1:5
pH                   : 4,32

4.8 ANALISIS WARNA TANAH
                              lapisan  1 (horizon O)  :  5 YR ½  coklat gelap atau kehitaman
                              Lapisan 2 : 10 YR 5/8 coklat kekuningan
                              Lapisan 3 : 10 YR 7/6 kuning (yellow)
                             
4.9 ANALISIS KEMATANGAN GAMBUT
Volume 1 = 10,3 ml
Volume 2 = 2 ml
Kadar serat = x 100%
                   =  x 100 %
             = 19,4 %

















BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa banyak hal yang belum kita ketahui dari tanah tersebut, seperti warna, sifat, kadar air, ph, ciri, unsur pembentuk dan banyak lainnya, dengan adanya praktikum ini kita dapat mengetahui lebih jauh bagaimana tanah itu sendiri.
SARAN              
Dalam melakkan pratikum, mahasiswa hendaknya lebih  teliti agar hasil yang diperoleh sesuai dengan apa yang dinginkan. Dan melaksanakan  praktikum secara berkelanjutan agar semua indikator pratikum tercapai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar