BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tanah
merupakan unsur tepenting dalam usaha
pertanian, karna pada tanahlah terdapat unsur
hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
Jika tanah tersebut mengandung
unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman , maka tanaman akan dapat tumbuh
baik pada tanah, begitu pula sebaiknya.
Agar tidak terjadinya kesalahan dalam penanaman tanaman di lapangan,
maka perlu diadakannya suatu praktikum
mengenai tanah, untuk mengenal lebih dekat bagaimana tanah itu sendiri,
baik mengenal sifat, ciri, macam bentuk , warna, dan ssebagainya.
1.2 TUJUAN PRATIKUM
a. Untuk mengetahui horizon tanah
b. Untuk mengetahui warna tanah
c. Untk mengetahui kadar air tanah
d. Untuk mengetahui ph tanah
BAB II
DASAR TEORI
2.1
PENGAMBILAN SAMPEL UJI TANAH
Horizon
Tanah adalah tanah
terdiri dari lapisan berbeda horisontal, pada lapisan yang disebut horizons.
Mereka mulai dari kaya, organik lapisan atas (humus dan tanah) ke lapisan yang
rocky (lapisan tanah sebelah bawah, dan regolith bedrock) (Anonim 1,
2011).
Horizon O adalah lapisan teratas
yang hampir seluruhnya mengandung bahan organik. Tumbuhan daratan dan jatuhan
dedaunan termasuk pada horizon ini. Juga humus. Humus dari horizon O bercampur
dengan mineral lapuk untuk membentuk horizon A, soil berwarna gelap yang kaya
akan bahan organik dan aktivitas biologis, tumbuhan ataupun hewan. Dua horizon
teratas ini sering disebut topsoil.
Horizon B, merupakan lapisan kadang
agak melempung dan berwarna merah/coklat karat akibat kandungan hematit dan
limonitnya. Kalsit juga dapat terkumpul di horizon B. Horizon ini sering
disebut subsoil. Pada horizon B, material Bumi yang masih keras (hardpan),
dapat terbentuk pada daerah dengan iklim basah di mana mineral lepung, silika
dan oksida besi terakumulasi akibat pencucian dari horizon E. Lapisan hardpan
ini sangat sulit untuk digali/dibor. Akar tumbuhan akan tumbuh secara lateral
di atasnya dan bukannya menembus lapisan ini; pohon-pohon berakar dangkal ini
biasanya terlepas dari akarnya oleh angin (Pairunan, 1985).
Horizon C ialah material batuan
asal yang belum seluruhnya lapuk yang berada di bawah horizon B. Material batuan
asal ini menjadi subjek pelapukan mekanis maupun kimiawi dari frost action,
akar tumbuhan, asam organik, dan agen lainnya. Horizon C merupakan transisi
dari batuan asal (sedimen) di bawahnya dan soil yang berkembang di atasnya
(Buckman, 1992).
2.2 PENGAMBILAN SAMPEL
Contoh dari lapangan yang disertai
dengan surat permintaan analisis yang diperlukkan, diterima oleh administrasi
laboratorium. Dalam buku administrasi dicatat nomor permintaan analisis, jumlah
dan nomor contoh. Untuk setiap contoh dibuat nomor laboratorium yang ditulis
pula pada lebel karton. Administrasi laboratorium juga membuat laporan hasil
analisis yang telah selesai dikerjakan. Surat permintaan dan hasil analisis
didokumentasikan.
2.3 PENETAPAN KADAR AIR MUTLAK
Air terdapat dalam tanah karena
ditahan (diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan keap air, atau karna
keadaan drainase yang kurang baik. Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah
karna adanya gaya-gaya adesi, kohesi dan grfaitasi. Air tanah berfungsi membawa
hara kepermukaan akar tanaman. Dalam pengolahan tanah, air juga berfungsi
mempermudah pengolhan tanah dan pengendalian suhu.
2.4 PENETAPAN KADAR AIR KAPASITAS
LAPANG
Kapasitas lapang adalah keadaan
yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh
tanah terhadap gaya tarik grafitasi. Banyak kandungan air dalam tanah
berhubungan erat dengan besarnya teganagan air dalam tanah. Besarny teganagan
air menunjukkan besarnya tenaga yang diperlukan untuk untuk menehan air
tersebut didalam tanah. Kandungan air dalam kapasitas lapang ditunjukkan oleh
tegangan air pada tegangan 1/3 bar ,sedangkan kandungan air pada titik layu
permanen adalah 1/5 bar. Air yang tersedia pada tanaman adalah 1/3-1/5 bar.
2.5 PENETAPAN RUANG PORI , BULK
DENSITY, DAN PARTIKEL DENSITY
Pengukuran porositas total tanah
pada prinsipnya adalah menentukan volume ruang pori yang ada diantara
partikel-partikel padatan, nilai Pt dapat ditentukan melalui dua cara yaitu
pengukuran dan perhitungan. Metode yang umum digunakan ialah menggunakan contoh
tanah utuh di dalam ring sampel. Metode lain adalah dengan menggunakan metode
thinsection (Klami, 1992 )
Bulk density merupakan petunjuk
kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk densitynya, yang
berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Pada umumnya
bulk density berkisar dari 1,1–1,6 g/cm3, beberapa jenis tanah mempunyai bulk
density kurang dari 0,85 g/cm3. Bulk menyatakan tingkat kepadatan tanah yaitu
berat kering suatu volume tanah dalam keadaan utuh yang biasanya dinyatakan
dengan g/cm3. Perkembangan struktur yang paling besar pada tanah-tanah
permukaan dengan tekstur halus menyebabkan kerapatan massanya lebih rendah
dibandingkan tanah berpasir.
Particle
Density adalah berat tanah kering per satuan volume partikel-partikel (padat)
tanah (jadi tidak termasuk volume pori-pori tanah). Tanah mineral mempunyai
Particle Density = 2,65 g/cm3. Dengan mengetahui besarnya Bulk
Density dan Particle Density maka dapat dihitung banyaknya pori-pori total
tanah (Hardjowigeno H. Sarwono 2003).
Mnentukan
Particle Density tanah harus memperhatikan pada partikel-partikel tanah. Untuk
kebanyakan tanah mineral-tanah mineral, rata-rata Particle Densitynya adalah
2,65 gr/cm3. Perbedaan Particle Density di antara jenis-jenis tanah
tidak begitu besar, kecuali terdapat variasi yang besar di dalam kandungan
bahan organik dan komposisi mineral tanah (Hakim, N. M. Yusuf 1986). \Dalam
menentukan Particle Density, pertimbangan diberikan kepada partikel padat saja.
2.6
PENETAPAN TEKSTUR TANAH
Tekstur tana mempunyai hubungan yang dekat dengan kemampuan tanah mengikat lengas, udara tanah dan hara tanah. Tekstur tanah juga mempengaruhi ruang pergerakan tanaman konsistensi dan keterolahan tanah. Selain tu, juga berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah, yaitu pada:
Tekstur tana mempunyai hubungan yang dekat dengan kemampuan tanah mengikat lengas, udara tanah dan hara tanah. Tekstur tanah juga mempengaruhi ruang pergerakan tanaman konsistensi dan keterolahan tanah. Selain tu, juga berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah, yaitu pada:
a.
Tanaman Pasira: laju peresapan air baik, kapasitas menahan air tinggi,
aerasi
kurang baik, kapasitas adsorbsi rendah baik dalam akar dan mudah diolah.
b. Tanah Lempungan: drainase buruk, kapasitas mengikat air tinggi, kandungan
hara
tinggi, penyerapan air tinggi, kurang baik untuk sistem perakaran dan sistem
olahan.
c.
Tanah Debuan :mempunyai sifat antara lempung dan pasir
(Rasliman,
2009).
Sasaran
pokok cara kerja dalam penetapan tekstur tanah adalah dengan penentuan agihan
ukuran dan jarak penyusun fase padat tanah, yaitu dengan menguji suatu media
utuh tanah diantara muka ibu jari dan telunjuk, serta memperhatikan rasa tanah
dan sifat yang murni (Purwowidodo, 2006).
2.7 PENETAPAN PH TANAH
Kemasaman
tanah merupakan salah satu sifat penting sebab terdapat hubungan pH dengan
ketersediaan unsur hara juga terdapat beberapa hubungan antara pH dan semua
pembentukan serta sifat-sifat tanah. Pada umumnya pH tanah ditentukan oleh
pencampuran satu bagian air suling untuk mendapatkan tanah dan air samapai
mendekati keseimbangan dan setelah itu baru diukur pH suspensi tanah
(Poerwowidodo, 1991).
Kemasaman
pH tanah secara sederhana merupakan ukuran aktivitas H+ dan
dinyatakan sebagai –log 10 (H+). Secara praktikal ukuran logaritma
aktivitas atau konsentrasi H+ ini berarti setiap perubahan satu unit
pH tanah berarti terjadi perubahan 10 kali dari kemasaman atau kebasahan. Pada
tanah yang mempunyai pH 6,0 berarti tanah tersebut mempunyai H+ aktif
sebanyak 10 kali dibandingkan dengan tanah yang mempunyai pH 7,0.
2.8
ANALISI WARNA TANAH
Warna tanah merupakan sifat
morfologi yang memberi sifat nyata dan mudah diamati. Warna tanah dapat
digunakan sebagai penunjuk sifat-sifat tanah seperti kandungan bahan organik,
kondisi drainase, aerase serta menggunakan bahan warna tanah dalam
mengklasifikasikan tanah dan mencirikan perbedaan horizon-horizon dalam tanah.
Tanah dengan drainase yang terhambat biasanya banyak mengandung bahan organik
pada lapisan atas (top soil), sehingga berwarna gelap. Warna tanah dapat
ditentukan dengan buku warna standar dari Munsell Soil Color Chart (MSCC),
meliputi penentuan warna dasar (matriks). Warna bidang struktur selaput tanah
liat. Warna karatan atau konkresi, warna jalit, dan warna humus (Ariyanto,
2010).
2.9 ANALISIS TINGKAT KEMATANGAN
GAMBUT
Gambut adalah jenis tanah
yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tetumbuhan
yang setengah membusuk; oleh sebab itu, kandungan bahan
organiknya tinggi. Tanah yang terutama terbentuk di lahan-lahan
basah ini disebut dalam bahasa
Inggris sebagai peat;
dan lahan-lahan bergambut di berbagai belahan dunia dikenal dengan aneka nama
seperti bog, moor, muskeg, pocosin, mire,
dan lain-lain.Menurut Soil Survey Staff (1990), bahwa tingkat
kematangan atau tingkat pelapukan tanah gambut dibedakan berdasarkan tingkat
dekomposisi dari bahan atau serat tumbuhan asalnya. Tingkat kematangan terdiri
dari tiga katagori yaitu fibrik, hemik dan saprik.Tingkat kematangan tanah
gambut dalam pengamatan di lapangan dapat dilakukan dengan cara mengambil
segenggam tanah gambut dan memersnya dengan tangan. Kriteria mentah atau matang
dari gambut dapat ditunjukkan dengan melihat hasil cairan dan sisa bahan
perasan
BAB III
METODOLOGI
1. Pengambilan
sampel untuk uji tanah
Ø
Peralatan
1. Cangkul
2. Sekop
3. Ring sampel
4. Plastik
5. Kertas label
6. Buku pengamatan
7. Spidol
Ø
Metode
1. Pada lahan datar metode pengambilan
sampel tanah individu dapat dilakukan dengan dua cara yakni: a. Metode diagonal
atau zigzag dan b. Metode acak.
2. Pada lahan kering pengambilan
sampel tanah dilakukan dengan cara terpisah antara areal datar dan berlereng.
3. Bersihkan
permukan tanah dari vegetasi, bahan organik dan batu (kerikil).
4. Ambil
sampel tanah pada kedalaman 20 cm dengan mengunakan bor atau ring sampel.
5. Masukkan sampel individu dalam
box komposit setelah 10-15 sampel individu besihkan tanah dari akar tanaman
kemudian kompositkan.
6. Masukkan
sampel komposit dalam plastic sampelkemudian beri label.
7. Lakukan pengamatan area sekitar
lokasi pengambilan sampel dan catat dalam buku catatan.
2. Pengambilan
sampel
A. Alat dan Bahan
B. Prosedur Kerja
1. Pengeringan
a. Sampel disebarkan diatas tampan
yang dialasi kertas sampul. Selipkan label karton yang berisi nomor
laboratorium sampel di bawah kertas.
b. Akar-akar atau sisa tanaman segar, kerikil
dan kotoran lain dibuang.
c. Bongkahan besar dikecilkan dengan
tangan.
d. Simpan pada rak di ruangan khusus
bebas kontaminan yang terlindung dari sinar matahari atau dimasukkan ke dalam
oven dengan suhu 400c.
2. Penghalusan sampel
a. Sampel ditumbuk pada lubang
porselen atau mesin giling dan diayak dengan ayakan yang berukuran lubang 2 mm.
b. Simpan dalam botol yang sudah
diberi nomor sampel.
c. Sampel < 0,5 mm diambil dari
sampel <2 mm, digerus atau digiling dan diayak dengan ayakan 0,5 mm.
3. Penyimpanan
Simpan sampel
yang akan dianalisis di ruang sampel yang dekat dengan ruang timbang. Setelah
selesai dianalisis simpan dalam gudang penyimpanan sampel untuk jangka waktu
tertentu agar memudahkan bila diperlukan pengulangan analisis.
3. Penetapan kadar air mutlak
Ø Peralatan
1. Pinggan aluminium
2. Penjepit tahan karat
3. Oven
4. Desikator
5. Neraca analitik 3 desimal
Ø Metode
1. Timbang sampel tanah sebanyak 10 gr
kering udara masukkan kedalam cawan oven. Lakukan sebanyak 3 ulangan.
2. Masukkan cawan oven yang berisi sampel tanah kedalam oven selama
24 jam dengan suhu selama 1050c.
3. Setelah 24 jam keluarkan sampel
kemudian masukkan kedalam desikator selama 10 menit.
4. Timbangkan berat sampel setelah
dioven kemudian hitung dengan umus dibawah ini:
Kadar Air = BTKU-BTKO x100%
BTKO
Keterangan :
BTKU : Berat tanah kering udara
BTKO : Berat tanah kering oven
4.Penetapan
kadar air kapasitas lapang
Ø Bahan dan alat
1. Sampel tanah kering udara
2. Pasir
3. Beaker glass
4. Pipa kaca
5. Penuttup plastik
6. Botol semprot
7. Cawan timbang
8. Timbangan kaca
9. Karet pengikat
10. Oven
11. Cawan oven
12. Desikator
Ø Metode
1.
Masukkan
pasir kedalam beaker glass hingga 1/3 tinggi glass.
2.
Masukkan
pipa kaca ditengah-tengah, kemudian masukkan sampel tanah hingga 2/3 tinggi
glass. Pipa kaca berfungsi untuk mengalirkan udara.
3.
Siramkan
air dengan botol semprot pada permukaan tanah hingga meresap kelapisan pasir.
4.
Tutup
dengan plastic untuk mencegah pengapan air. Letakkan ditempat yang sejuk dan
biarkan selama 24 jam.
5.
Setelah
24 jam timbang sejumlah tanah dalam beaker glass sebanyak 3 ulangan. Tanah di
ambil bagian tengah terlebih dahulu menyingkirkan bagian permukaannya.
6.
Kemudian
sampel yang telah ditimbang dioven selama 24 jam dengan suhu 1050c.
7.
Setelah
24 jam keluuarkan sampel dari oven kemudian masukkan kedalam desikator selama
10 menit. Kemudian hitung dengan menggunakan rumus dibawah ini.
K.a. Kapasitas lapang = BTKL-BTKO x 100%
BTKO
Keterangan :
BTKL : Berat tanah kapasitas lapang
BTKO
: Berat tanah kering oven
Penetapan Ruang Pori, Bulk Density
dan Particel Density
· Penetapan
Bulk Density
Ø Bahan dan alat
1. Sampel
tanah kering udara
2. Gelas ukur
100 ml
3. Timbangan
digital
4. Batang
pengaduk
Ø Metode
1. Masukkan
tanah kering udara dalam gelas ukur 100 ml hingga tanda batas 55 ml.
2.
Ketok-ketok dinding gelas dengan tangan selama 15 menit hingga permukaan tanah
turun dan padat
3.
Catatan volume tanah yang turun
4.
Tentukan bulk density dengan rumus berikut
Bulk density = Berat tanah
Volume tanah
·
Penetapan Ruang Pori
Ø Bahan dan alat
1. Sampel tanah kering udara dari
analisis bulk density
2. Air
3. Gelas ukur 100 ml
4. Batang pengaduk
Ø Metode
1. Isi gelas ukur dengan air hingga
batas 70 ml
2. Masukkan secara perlahan-lahan
sampel tanah kedalam gelas ukur.
3. Aduk dengan batang pengaduk selama
15 menit
4. Lakukan perhitungan dengan rumus
dibawah ini
Volume
ruang pori = (VT – VA) –VAT
Total
ruang pori = VRT x 100%
VT
Particel
density = BT
VT –VRT
Keterangan :
VRT : Volume Ruang Pori
VAT : Volume Air Tanah
VT :
Volume Tanah
BT :
Berat Tanah
6.
Penetapan Tekstur Tanah
Ø Bahan dan alat
1. Sampel tanah kering udara
2. Air
3. Larutan natrium pirofosfaf (41,95
Na4P2O7. 10H2O didalam air encerkan
hingga 1 liter)
4. Elemeyer 250 ml.
6. Batang pengaduk
7. Shaker.
8. Gelas ukur 500 ml.
Ø Metode
1. Timbang sampel tanah 25 gr kering
udara yang telah diayak dengan ayakan 10 mesh.
2. Masukkan sampel tanah kedalam
Erlenmeyer tambahkan Natrium Pirofosfat, kocok hingga rata dan biarkan selama
24 jam.
3. Setelah 24 jam kocok sampel dengan
menggunakan shaker swlama 15 menit.
4. Masukkan sampel kedalam gelas ukur
500 ml dan tambahkan aquades hingga batas yang tertera.
5. Kocok 20 kali sebelum pembacaan
engan hydrometer, untuk menghilangkan buih tambahkan amyl alcohol.
6. Masukkan hydrometer, setelah 40
detik dari pengocokan kemudian biarkan selama 3 jam.
7. Setelah 3 jam masukkan kembali hydrometer
untuk pembacaan kedua untuk mendapatkan jumlah liat.
8. Lakukan perhitungan dengan
menggunakan rumus berikut
%Liat
+ debu = Pembacaan 1 x
100%
Berat sampel
%Liat = Pembacaan 2 x
100 %
Berat sampel
%Debu
=% (Liat + Debu )- % Liat
%
Pasir
= 100% - (Liat + Debu)
7.
Penetapan pH tanah
Ø Peralatan
1. Neraca analitik
2. Botol kocok 100 ml
3. Dispenser 50 ml gelas ukur -1
4. Mesin pengocok
5. Labu semprot
6. pH meter
Ø Pereaksi
1. Air bebas ion
2. Larutan buffer pH 7,0 dan pH 4,0
3. KCL 1 M larutkan 74,5 g KCL p.a.
dengan air bebas ion hingga 1|.
Ø Metode
Timbangkan 10,00 g tanah sebanyak
dua kali, masing-masing dimasukkan kedalam botol kocok, ditambah 50 ml air
bebas ion kebotol yang satu (pH H2O) dan 50 ml KCL 1 M kedalam botol
lainnya (pH KCl). Kocok dengan mesin pengocok selama 30 menit. Suspensi tanah
diukur dengan pH meter yang telah dikalibrasi menggunakan larutan buffer pH 7,0 da pH 4,0. Laprkan nilai
pH dalam 1 desimal.
8. Analisis warna tanah
Ø Alat dan bahan
1.
Sampel tanah langsung dari hasil pengeboran
2.
Plastik alas
3.
Buku munsel color chart
4.
Buku pengamatan
Ø Metode
1. Bersihkan titik pengambilan sampel,
kemudian lakukan pengeboran dengan bor tanah sesuai dengan tingkat kedalaman
yang telah ditentukan.
2. Keluarkan sampel tanah dari bor
kemudian cocokkan warna tanah dengan indicator warna yang ada pada buku munsel
color chart.
3. Catat indicator warna yang sesuai
dengan sampel tanah kemudian catat dalam buku pengamatan.
9.
Analisis tingkat kematangan gambut
Ø Alat dan bahan
1. Sampel tanah tak terganggu
2. Ayakan dengan kerapatan 10 mesh
3. Suntikan 10 ml
4. Botol semprot
Ø Metode
1. Masukkan sampel tanah kedalam
suntikan hingga penuh.
2. Mampatkan suntikan hingga hanya
tersisa kadar seratnya, kemudian catat
sebagai volume 1.
3. Keluarkan serat dari suntikan, kemudian
sarinng dengan saringan
4. Masukkan kembali dalam suntikan dan
mampatkan kembali hingga hanya tersisa kadar seratnya. Catat volume serat
sebagai volume 2.
5. Hiung kadar serat dengan
menggunakan rumus dibawah ini.
Kadar serat= Volume 2 x 100%
Volume 1
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 PENGAMBILAN SAMPEL UNTUK UJI
TANAH
Dari praktikum yang telah dilakukan
kita tahu bahwa setiap horizon tanah memiliki cirri tertentu.
Dari
data yang diperoleh dilapangan horizon O memiliki ketebalan 20 cm yang terdiri
dari bahan organic seperti daun yang jatuh. Selanjutnya horizon A yang berwarna
coklat kehitaman karena mengandung banyak humus. Kedua horizon ini sangat subur
sehingga dijuluki topsoil tapi mudah berpindah karena air hujan. Horizon B
biasanya tiadak memiliki humus dan kurang subur begitu juga dengan
horizon-horison dibawahnya.
1.2 PERSIAPAN SAMPEL
Contoh
dari lapangan yang dibawa ke laboratorium dikeringkan, digiling dan disimpan
untuk dijadikan sampel pada praktikum-praktikum selanjutnya. Setiap contoh
dibuat nomor laboratorium yang diberi label karton.
4.3 PENETAPAN KADAR AIR KERING
MUTLAK
Berat cawan : 135,36
gram
Berat tanah :
5 gram
Berat kering =
berat cawan + berat tanah
= 135,36 + 5
= 140,36 gram
Berat tanah
setelah dioven = 139,41

Berat
setelah oven

139,41
= 0,68 %
Factor
koreksi 


1.4 PENETAPAN KADAR AIR KAPASITAS
LAPANG
kadar
kapasitas lapang= BTKL – BTKOX 100 %
BTKO
=
92,34 – 43,54x 100 %
43,54
=
112,08 %
4.5 PENETAPAN RUANG PORI, BULK
DENSITY DAN PARTICEL DENSITY
Volume awal = 25 ml
Berat tanah = 98,2 gram
Bulk density = 

Volume air tanah = 38
Volume ruang pori = ( VT + VA ) – VAT
= ( 25 + 30 ) – 38
= 17 ml
Total ruang pori = VRT / VT x 100%
= 17 / 25 x 100%
= 68 %
Particle density = BT : (VT – VRP)
= 58,2 : (25 - 17)
= 7,275 gr/ml
PENETAPAN TEKSTUR TANAH
a. 18
b. 20
c. 0rganik = C.O = 2,55
d. T kering = B.O =2,55 X 1,724
= 4,3962
Liat
Fk
100
100
– kadar air
Tekstur tanah
|
Rasa dan sifat tanah
|
Lempung berliat
|
Rasa agak kasar, membentuk bola
agak teguh (kering), membentuk gulungan jika dipijat, gulungan mudah hancur
serta melekatnya sedang.
|
Lempung liat berpasir
|
Rasa kasar agak jelas, membentuk
bola agak teguh (kering) membentuk gulungan jika dipijat dulungan mudah
hancur serta melekat.
|
4.7 PENETAPAN PH TANAH
-
1:1 = 10 gram tanah + 10 ML air dimasukkan
dalam tabung reaksi.
-
1:2,5 = 10 gram tanah + 25 ML air di masukkan dalam
tabung reaksi
-
1:5 = 10 gram tanah + 50 ML air di masukan
dalam elemeyer.
Di kocok selama 10 menit,setelah
itu di ukur dengan pH meter.
1. Suhu : 300C
Perbandingan : 1:1
pH :
4,61
2. Suhu : 300C
Perbandingan : 1: 2,5
pH :
4,56
3. Suhu : 300C
Perbandingan : 1:5
pH :
4,32
4.8 ANALISIS WARNA TANAH
lapisan 1 (horizon O)
: 5 YR ½ coklat gelap atau kehitaman
Lapisan
2 : 10 YR 5/8 coklat kekuningan
Lapisan
3 : 10 YR 7/6 kuning (yellow)
4.9 ANALISIS KEMATANGAN GAMBUT
Volume 1 = 10,3
ml
Volume 2 = 2
ml
Kadar serat =
x
100%

=
x 100 %

= 19,4 %
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan pratikum yang telah
dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa banyak hal yang belum kita ketahui
dari tanah tersebut, seperti warna, sifat, kadar air, ph, ciri, unsur pembentuk
dan banyak lainnya, dengan adanya praktikum ini kita dapat mengetahui lebih
jauh bagaimana tanah itu sendiri.
SARAN
Dalam melakkan pratikum, mahasiswa
hendaknya lebih teliti agar hasil yang
diperoleh sesuai dengan apa yang dinginkan. Dan melaksanakan praktikum secara berkelanjutan agar semua
indikator pratikum tercapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar